SAMPEAN
pernah iseng membaca ramalan bintang?
Ya,
zodiak. Itu lingkaran khayal di langit yang berpusat di ekliptika. Ada 12 tanda
perbintangan, yaitu Aries, Taurus, Gemini, Kanser, Leo, Virgo, Libra, Skorpio,
Sagitarius, Kaprikornus, Akuarius, dan Pises. Saya berbintang akuarius.
Waktu
kecil, saya sering membaca ramalan bintang. Ketika ramalannya jelek, saya jadi
deg-degan satu-dua hari. Kadang, saya menemu ramalan yang ajaib bagi saya waktu
itu. Misal, “Asmara: pacar bikin Anda marah-marah.” Seingat saya, sampai dengan
kelas 2 sekolah dasar, meski sudah mengenal perempuan cantik, saya masih asing dengan istilah pacar. Maka, tentu saya
jadi berpikir keras, apakah gerangan pacar itu hingga ia mampu membikin saya
marah-marah? Lagi-lagi, saya deg-degan dibuatnya.
Di
lain waktu, saya baca: “Anda lebih nyaman dengan busana santai saat bermain.” Bayangkan,
iseng sekali yang menulis ramalan itu. Lebih-lebih yang rela membacanya. Lha yå måsåk mau bermain pakai jas
hujan? Busana kasual memang sudah pas. Bukan hanya untuk bintang saya saja,
melainkan semua bintang.
Untuk
penjelasan mengenai zodiak secara lebih komprehensif, saya pernah membaca buku
tentangnya milik mendiang bude saya. Mbakyu mama saya. Cukup tebal. Tiga
ratusan halaman. Sampul depannya berwarna hijau pupus dengan lambang-lambang zodiak. Saya serius membacanya. Lihat, betapa hal-hal yang kini mungkin tak lagi dianggap relevan diam-diam
diwariskan.
Demikianlah.
Manusia menghadapi keterbatasannya dalam banyak ragam. Ketaktahuan mengenai
keakanan kadang memang mengerikan. Maka, manusia lampau merasa perlu membaca,
menafsirkan, dan mau tak mau memercayai takhayul. Termasuk ramalan zodiak yang
didasarkan pada perilaku bintang itu.
Ramalan
lalu berkembang seturut perkembangan zaman. Orang Jawa mengenal cara menyelami
karakter seseorang dan memprediksi masa depan melalui petungan, perhitungan, neptu dan sebagainya. Melaluinya, orang Jawa
sekurang-kurangnya mengerti tentang dirinya. Siapa tahu dengannya ia jadi mengenal
Gusti Allah. Ah, orang Jawa.
Pada
akhir 2011, saat sedang melatih di kecamatan tetangga, salah satu peserta
pelatihan meminta tanda tangan saya. Khawatir saya salah sangka, ia buru-buru menjelaskan,
“Biar saya baca, Pak. Saya bisa membaca tanda tangan.” Saya tertawa.
Itu
di wilayah berlatar Madura. Ternyata, ramalan tak mengenal wilayah.
Saya
ambil satu lembar kertas bergaris. Saya bubuhkan tanda tangan di atasnya. Saya serahkan
kepadanya lalu saya melanjutkan melatih dengan konsentrasi yang agak menurun. Rupanya,
saya masih menyimpan ketakutan terhadap hal-hal buruk ramalan di bawah sadar
saya.
Saya berusaha menenangkan diri. Masa, orang
modern masih percaya ramalan. Ora wangun.
Tulisan peramalnya bagus juga, ya. |
Sekira 15 menit kemudian, peserta tadi menyerahkan
kertas itu kepada saya. Isinya sebagai berikut.
(1) Anda tidak bisa berfikir sederhana.
Anda seorang pencari tahu yang luar biasa, (2) Jiwa
Anda dipenuhi angan2 positif, bahkan kadangkala terlalu melambung tinggi, (3) Tensi
humor Anda rendah walau Anda suka humor, (4) Dalam
kehidupan Anda sampai detik ini diliputi ‘ketersanjungan’ dari semua pihak, (5) Anda
kurang banyak menunjukkan kasih sayang.
Sebentar,
kurang banyak menunjukkan kasih sayang?
Benar, ya?•fgs
Tidak ada komentar:
Posting Komentar