Senin, 16 Juli 2018

Kuasa Ramalan


SAMPEAN pernah iseng membaca ramalan bintang?

Ya, zodiak. Itu lingkaran khayal di langit yang berpusat di ekliptika. Ada 12 tanda perbintangan, yaitu Aries, Taurus, Gemini, Kanser, Leo, Virgo, Libra, Skorpio, Sagitarius, Kaprikornus, Akuarius, dan Pises. Saya berbintang akuarius.

Waktu kecil, saya sering membaca ramalan bintang. Ketika ramalannya jelek, saya jadi deg-degan satu-dua hari. Kadang, saya menemu ramalan yang ajaib bagi saya waktu itu. Misal, “Asmara: pacar bikin Anda marah-marah.” Seingat saya, sampai dengan kelas 2 sekolah dasar, meski sudah mengenal perempuan cantik, saya masih asing dengan istilah pacar. Maka, tentu saya jadi berpikir keras, apakah gerangan pacar itu hingga ia mampu membikin saya marah-marah? Lagi-lagi, saya deg-degan dibuatnya.

Di lain waktu, saya baca: “Anda lebih nyaman dengan busana santai saat bermain.” Bayangkan, iseng sekali yang menulis ramalan itu. Lebih-lebih yang rela membacanya. Lha yå måsåk mau bermain pakai jas hujan? Busana kasual memang sudah pas. Bukan hanya untuk bintang saya saja, melainkan semua bintang.

Untuk penjelasan mengenai zodiak secara lebih komprehensif, saya pernah membaca buku tentangnya milik mendiang bude saya. Mbakyu mama saya. Cukup tebal. Tiga ratusan halaman. Sampul depannya berwarna hijau pupus dengan lambang-lambang zodiak. Saya serius membacanya. Lihat, betapa hal-hal yang kini mungkin tak lagi dianggap relevan diam-diam diwariskan.

Demikianlah. Manusia menghadapi keterbatasannya dalam banyak ragam. Ketaktahuan mengenai keakanan kadang memang mengerikan. Maka, manusia lampau merasa perlu membaca, menafsirkan, dan mau tak mau memercayai takhayul. Termasuk ramalan zodiak yang didasarkan pada perilaku bintang itu.

Ramalan lalu berkembang seturut perkembangan zaman. Orang Jawa mengenal cara menyelami karakter seseorang dan memprediksi masa depan melalui petungan, perhitungan, neptu dan sebagainya. Melaluinya, orang Jawa sekurang-kurangnya mengerti tentang dirinya. Siapa tahu dengannya ia jadi mengenal Gusti Allah. Ah, orang Jawa.

Pada akhir 2011, saat sedang melatih di kecamatan tetangga, salah satu peserta pelatihan meminta tanda tangan saya. Khawatir saya salah sangka, ia buru-buru menjelaskan, “Biar saya baca, Pak. Saya bisa membaca tanda tangan.” Saya tertawa.

Itu di wilayah berlatar Madura. Ternyata, ramalan tak mengenal wilayah.

Saya ambil satu lembar kertas bergaris. Saya bubuhkan tanda tangan di atasnya. Saya serahkan kepadanya lalu saya melanjutkan melatih dengan konsentrasi yang agak menurun. Rupanya, saya masih menyimpan ketakutan terhadap hal-hal buruk ramalan di bawah sadar saya.

Saya berusaha menenangkan diri. Masa, orang modern masih percaya ramalan. Ora wangun.

Tulisan peramalnya bagus juga, ya.

Sekira 15 menit kemudian, peserta tadi menyerahkan kertas itu kepada saya. Isinya sebagai berikut.

(1) Anda tidak bisa berfikir sederhana. Anda seorang pencari tahu yang luar biasa, (2) Jiwa Anda dipenuhi angan2 positif, bahkan kadangkala terlalu melambung tinggi, (3) Tensi humor Anda rendah walau Anda suka humor, (4) Dalam kehidupan Anda sampai detik ini diliputi ‘ketersanjungan’ dari semua pihak, (5) Anda kurang banyak menunjukkan kasih sayang.

Sebentar, kurang banyak menunjukkan kasih sayang? Benar, ya?•fgs



Tidak ada komentar:

Posting Komentar