AKHIRNYA, saya
memberanikan diri menginstal sendiri sistem operasi diska berbasis Linux di
laptop saya. Bertahun-tahun saya memakai Windows. Semua varian Windows pernah
saya coba. Saya memutuskan hijrah ke Linux karena sistem operasi ini merupakan
sumber terbuka. Ringan. Linux dapat diinstal di komputer dengan spesifikasi
rendah sekalipun.
Ada beragam sistem
operasi berbasis Linux. Sebagai pemula, saya pilih Linux Mint 18.3 Cinnamon.
Itu varian yang paling mirip dengan Windows. Saya berharap, saya tak menemu
banyak kesulitan karenanya.
Sebelumnya, saya
pernah menginstal sendiri hampir semua versi Windows. Saya pikir, pengalaman
itu cukup menjadi bekal. Ternyata, tak 100% benar. Kemarin, saya baru (agak)
berhasil pada instalasi keempat. Saya kurang puas. Tampak dalam monitor, ada 2
sistem operasi diska yang sama tertanam di dalam laptop saya. Itu lewah.
Masalah berpokok pada salah partisi, saya kira.
Partisi di Linux agak
berbeda dengan Windows. Sekurang-kurangnya terdiri atas 2 partisi, yaitu /swap dan / (root). Instalasi akan
lebih baik lagi jika ditambah /home. /swap kira-kira berfungsi sebagai RAM
virtual. Besarannya sebaiknya 2 kali RAM yang sampean pakai. Sedangkan, / berfungsi sebagai drive C: di Windows, yaitu tempat sistem operasi dan semua aplikasi
tersimpan.
/home berfungsi sebagai tempat menyimpan
semua files sampean. Jika sampean
menyediakan ruang khusus untuknya, saat sampean menginstal ulang sistem,
sampean tak perlu khawatir files
sampean terhapus. Kalau sampean ndak
mau repot menyediakannya pun tak apa. Yang penting, sebelum menginstal ulang,
pastikan semua files telah
dicadangkan.
Sejak siang, saya
mencoba berkali-kali menginstal ulang. Mungkin 6 kali. Tak berhasil juga. Semua
panduan telah saya baca. Seluruh langkah telah saya coba. Nihil.
Linux Mint 18.3
Cinnamon 64-bit memang telah tertanam dalam laptop saya. Namun, ketika
dilakukan prosedur restart, monitor gelap beberapa saat, disusul dengan
munculnya logo Linux Mint dan deretan bahasa program berwarna hijau yang entah
apa. Terus begitu.
Saya restart
ulang. Berkali-kali. Sama saja. Intinya, gagal booting!
Sebuah sumber daring
menyebutkan bahwa hal itu akibat kerusakan perangkat keras pembaca diska. Saya
tak terlalu mengerti.
Menjelang pukul 16.00
WIB, saya tercerahkan. Halah.
Saat restart,
sekali-dua kali, kita akan diarahkan ke GNU GRUB. Ada 2 pilihan di dalamnya:
(1) *Linux Mint 18.3
Cinnamon 64-bit
(2) Advanced Options
for Linux Mint 18.3 Cinnamon 64-bit.
Sebelumnya, saya pilih
nomor 1. Tampilan terus berulang. Maka, åjå
sampean tiru. Pilihlah nomor 2. Sampean akan diberi 3 pilihan setelahnya:
(a) … generic,
(b) … generic
(upstart),
(c) … generic
(recovery mode).
Kali ini, pilihlah recovery
mode. Selesai?
Hampir. Linux berjenis
generik (ha-ha) akan berproses. Tunggu beberapa detik. Berikutnya, akan muncul
kotak dialog lagi. Kali ini ada banyak menu, yaitu: resume, clean,
dpkg, fsck, grub, network, root, dan system-summary.
Pilih resume.
Kotak dialog yang sama akan muncul lagi. Tak perlu khawatir. Pilih resume
lagi. Tiga detik kemudian, di layar sampean akan muncul desktop khas Linux
Mint.
Masukkan password yang telah sampean atur saat
instalasi. Dan, selamat menikmati sistem
operasi diska berbasis Linux. Asli, bukan bajakan, tak berbayar, dan … eh,
mungkin MUI mau membuat sertifikasi halal atasnya?•fgs
Saya memiliki kendala pak, pada saat saya telah menginstal Linux mint chinnamon 19.3, saya me restart perangkat saya dan mencabut flashdisk, namun yang terjadi opsi Grub tidak muncul sama sekali🙏🏻, itu bagaimana ya pak?
BalasHapusWah terima kasih atas informasi websitenya sehingga kami memahami apa itu gagal booting.
BalasHapusKami juga membahas ini di website kami, Monggo juga mampir sebagai info tambahan untuk saling melengkapi.
https://bangamingadget.com/informasi/
nuhun