KAWAN
saya, sebut saja namanya Kliwon—sesuai nama samarannya, ia lahir dengan weton Kliwon—bercerita
bahwa ia mengintip orang tuanya bercinta. Saya penasaran. Bagaimana bisa?
“Mau bêngi, paling dikirå aku wis turu. Bapak-ibu
mlêbu kamar têrus lawangé dikunci. Biasané ora. Pênasaran. Dakincêng saka
bolongan kunci,” jelasnya. Tentu saja, kawan saya itu lalu menceritakan
adegan demi adegan berikutnya. Ah, sudah, biar saya simpan sendiri. Daripada
sampean batal puasa karenanya.
Yang
jelas, ceritanya detail dan menarik—kalau tak mau disebut merangsang. Kata
orang zaman old, orang yang wetonnya
Kliwon memang pandai bicara. Entahlah, ceritanya kali ini memang menarik karena
ia ditakdirkan pandai bicara atau karena temanya sangat saya minati.
Eh,
omong-omong, sampean tahu stereotip orang Indonesia? Salah satu karya terkenal yang
memuat pembahasan tentangnya adalah Manusia
Indonesia. Mochtar Lubis, penulisnya. Sampean dapat membacanya kalau mau.
Menurut
Lubis, setidaknya ada 12 stereotip orang Indonesia yang menonjol. Salah satunya,
suka dengan takhayul. Konkretnya, mereka gandrung cerita hantu-hantu. Mereka
percaya bahwa karakter seseorang dipengaruhi oleh weton. Dan, mereka akan bersegera
pergi ke dukun ketika usahanya macet, ditolak cewek, atau kehilangan barang
berharga. Tak masuk dalam hal ini adalah kehilangan akal sehat dan hati nurani.
Dua hal itu belum dianggap sebagai sesuatu yang berharga.
Kecuali
itu, ada stereotip yang belum disampaikan oleh Lubis. Pertama, suka dengan dunia pergosipan. Kedua, suka menonton sinetron. Diréwangi
rêbutan saluran tipi karo anaké barang, jé. Dan ketiga, ini yang penting, suka hal-hal yang berhubungan dengan seks.
Ndak percaya?
Dalam
laporan tahunan Pornhub, situs
penyedia jasa film porno terpopuler, disebutkan bahwa Indonesia adalah salah
satu pengakses terbanyak blue film.
Bahkan, untuk akses melalui gawai, Indonesia menduduki peringkat ke-2 di dunia.
Peringkat pertamanya, Turki.
Dikutip
dari tirto.id, warganet di Indonesia rerata
menonton film porno melalui jaringan internet selama 3 menit 36 detik. Beberapa
kata kunci pencarian tema yang paling diminati adalah ayah, ibu, anak sekolah, teen, threesome, gangbang, dan Jepang.
Siapa
yang gemar mengaksesnya? Hampir semua. Generasi Milenial adalah pengakses
terbanyak (74%). Dalam hal ini, Indonesia hanya kalah dengan India.
Survei
yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terhadap 4.500
pelajar SMP dan SMA di 12 kota besar di Indonesia menunjukkan hasil yang laras
dengan laporan Pornhub tersebut. Disebutkan,
97% responden mengaku telah mengakses situs berkonten pornografi melalui internet.
Lebih
lanjut, KPAI menemukan bahwa 92,7% responden telah melakukan kissing dan oral sex, 61% pelajar SMP telah melakukan hubungan seks di luar
nikah, dan 21,2% siswi SMU telah melakukan aborsi. Menurut Dirjen Aplikasi
Informatika, Ashwin Sasongko, salah satu penyebab banyaknya angka tersebut adalah
kemudahan akses konten pornografi melalui internet. Nah.
Sampean
bisa bayangkan saat beberapa stereotip itu dieksploitasi dalam industri perfilman.
Sebut saja, Pocong Mandi Goyang Pinggul,
Rintihan Kuntilanak Perawan, Pacar Hantu Perawan, Suster Keramas, Suster Keramas 2, dan Rayuan
Arwah Penasaran. Film-film itu melibatkan pemeran film porno seperti Sasha
Grey, Tera Patrick, Vicky Vette, Misa Campo, Rin Sakuragi, Sora Aoi, dan Leah
Yuzuki. Maka, meski dinilai anjlok dari segi kualitas oleh beberapa kritikus, toh
film-film itu masih lumayan laku karena terdongkrak nama bintang porno yang ikut
berakting di dalamnya.
Saya,
demi memantaskan diri sebagai orang Indonesia dengan segala stereotipnya, menyukai
cerita Si Kliwon. Kemudian diam-diam saya olah ceritanya dengan imajinasi yang lebih
hidup. Edan!
Saat
itu, kami masih SMP. Kelas satu. Di kota kami, semua siswa kelas tersebut masuk
siang. Itu jadi semacam berkah tersendiri. Kami masih sempat mengerjakan tugas
pada pagi hari setelah malam sebelumnya kami bersantai.
Bagi
Kliwon, itu juga berkah lo. Ia dapat menonton blue film di stasiun televisi Prancis. Tiap Rabu dan Jumat kalau
saya tak salah ingat. Pernah suatu kali, demi menuntaskan penasaran, saya mengesampingkan
rasa malu dan memenuhi undangan berkunjung ke rumahnya untuk menonton bersama.
Saya berdebar. Bahkan sejak langkah kaki pertama saya meninggalkan rumah. Satu
jam. Dua jam. Tiga jam. Filmnya tak tayang juga. Sial.
Pubertas
dini. Orang tua sering kali tak segera menyadarinya. Padahal, itu nyata. Pada
akhirnya, anak-anak memuaskan rasa ingin tahu, juga hasratnya saya kira, melalui
sumber-sumber yang berada di luar kendali orang tua. Sayangnya, tak semua
informasi itu benar.
Orang
tua rasa-rasanya ganjil juga menerangkan kepada anaknya bahwa selain untuk
pipis, kelamin punya fungsi lain yang nagihi.
Bikin ketagihan.
Sebenarnya,
di madrasah ada dan biasa dikaji kitab-kitab tentang hal privat semacam itu. Sebut
saja misalnya, Syarah 'Uqudu al-Lujain,
Qurratul ‘Uyun, dan Fathul Izar. Tentu kajian disesuaikan
dengan tingkatan tertentu. Namun, tuntas. Sekolah umum tak punya itu.
Seksualitas kemudian direduksi hanya sebagai sarana reproduksi.
Maka,
pesan dari pergosipan kali ini adalah nèk
sampean tak punya cukup keberanian dan pikiran merdeka, please, tutuplah jendela, ventilasi, pintu, dan lubang kunci rapat-rapat
sebelum bercinta. Jauhkan pula pikiran dari ide mendokumentasikan aktivitas
itu.
Oh
ya, Kliwon, kawan saya itu, lahir dengan haståwårå
atau padewan Kala. Orang yang lahir
dengan haståwårå ini biasanya
pemarah, suka mengganggu orang lain, dan suka berbohong. Eh, tunggu. Bohong?!•fgs
Tidak ada komentar:
Posting Komentar