Menikmati Film - Dok. Pelatihan KPMD |
ALIH-ALIH mencerdaskan dan, sekaligus, menyenangkan,
pelatihan sering kali justru menjadi hal yang membunuh kreativitas dan, harus
diakui, membosankan. Pelan-pelan pelatihan yang seharusnya dirayakan sebagai
momentum bersama untuk berrefleksi, menggugat diri, dan menikmati materi latih
yang bergizi, terdistorsi menjadi sekadar penggugur kewajiban. Dan sayangnya,
kita terlambat dalam menyadarinya.
Lalu, satu demi satu peserta latih pun tak lagi lengkap.
Mereka enggan hadir. Yang hadir pun, tak lama kemudian kehilangan fokus. Mereka
bosan. “Padhâna se lambhâ’, seperti yang
lalu,” kata mereka. Biasanya, alasan atas terjadinya hal itu adalah
penyelenggaraan pelatihan yang dilakukan dengan metode yang sama dan materi
yang juga lebih kurang sama.
Pada aras ini, mestinya pelatih piawai mengelola
pelatihan dalam konteks jenis dan metode latih. Jenis pelatihan tak hanya
klasikal, tetapi ada juga in-service
training (IST), on the job training
(OJT), comparative study, cross visit, focus group discussion (FGD), dan sebagainya. Selain ceramah,
metode latih yang dapat digunakan adalah tanya jawab, bermain peran, dan
lain-lain.
Eksperimen dalam jenis dan metode pelatihan seperti itu sering
dilakukan di Kecamatan Banyuputih. Pelatihan KPMD IV pada 3 Oktober 2012 di
Kantor UPK Kecamatan Banyuputih adalah salah satunya. Dalam pelatihan tersebut,
pada satu sesi terakhir, KPMD diajak untuk menonton film SiKompak. Setelah film selesai, mereka mendiskusikan isi dari film itu.
Fokus diskusi adalah materi yang disampaikan sebelumnya, yaitu: (1) teknik
bertanya dan mendengarkan, (2) teknik mengatasi situasi sulit, dan (3) profil
tandem. Hal ini diapresiasi baik oleh peserta.
Memang, pelatihan dapat saja diandaikan seperti sebuah
perjalanan. Selalu tersedia banyak cara untuk menuju suatu tempat. Banyak jalan
menuju Roma, kata orang.•
Tidak ada komentar:
Posting Komentar