Data Buku
Judul: Kita Hari Ini 20 Tahun Lalu
Penyusun: Redaksi
KPG dan Litbang Kompas
Penerbit: KPG,
Jakarta
Cetakan: I,
Agustus 2018
Ukuran: 17
× 24 cm
Tebal: viii
+ 256 hlm.
ISBN: 978-602-424-860-4
“DOKUMENTASI
adalah alat untuk memperpanjang ingatan, memperdalam, dan memperluasnya,” kata H.B.
Jassin. Kalimat itu dikutip oleh Pamusuk Eneste dalam pengantar di buku yang
ditulis Jassin, Surat-surat 1943-1983.
Jassin memang dikenal luas sebagai orang yang tekun dalam membuat dokumentasi.
Kliping termasuk di dalamnya.
Rony
Kurniawan Pratama mencatat, selain Jassin, setidaknya ada dua nama yang hasil dokumentasinya
bermanfaat bagi orang banyak: Pramoedya Ananta Toer dan Ragil Suwarna Pragolapati.
Keduanya juga seorang sastrawan.
Pramoedya
Ananta Toer gemar mengkliping sejak zaman Jepang. Ia tularkan ketekunannya itu kepada
mahasiswanya di Universitas Res Publica (sekarang menjadi Universitas Trisakti).
Ia suruh mereka membikin laporan kliping. Sayang, semua kliping, termasuk karya
mahasiwanya, itu dibakar habis oleh jiwa-jiwa yang kerdil.
Padahal,
menurut Muhidin M. Dahlan, kliping-kliping yang ditulis ulang jadi esai
bersambung itu lalu bersulih jadi dua buku Pramoedya Ananta Toer. Yang satu
jadi buku biografi, Sang Pemula. Yang
kedua, jadi novel sejarah Bumi Manusia.
Ragil
Suwarna Pragolapati tumbuh bersama para penyair dan seniman Persada
Studi Klub (PSK) di Malioboro pada 1970-an. Ia tekun mendokumentasikan hampir semua
hal terkait orang-orang yang aktif di PSK. Kabarnya, sebagian koleksi Ragil
kini tersimpan di Perpustakaan Emha Ainun Nadjib.
Manusia
pada kodratnya adalah tempat salah dan lupa. Dalam tsunami data dan informasi
dewasa ini, manusia semakin muskil menghindari keduanya. Nah, menyimpan catatan
atas pelbagai peristiwa, termasuk membuat kliping, seperti yang dilakukan oleh
ketiga tokoh itu sebenarnya dapat menyelamatkan kita dari lupa.
Adalah
hal menarik bahwa kali ini Kompas
menerbitkan sepilihan kliping ikhwal reformasi di negeri ini. Memang, bentuknya
jadi buku. Namun, tampilannya mirip kliping koran. Lebih tepatnya pindaian
kliping yang disusun sedemikian rupa.
Senang
membacanya. Seolah kita bisa memegang korannya dan mencium aroma khasnya. Meskipun,
di beberapa bagian, ukuran hurufnya jadi terlalu kecil. Sebab, sebuah artikel
terbitan koran dipaksa muat dalam satu halaman buku. Bayangkan, Kompas yang memakai ukuran broadsheet 9 kolom kala itu, disesuaikan
dengan ukuran buku yang hanya 17 × 24 cm.
Kliping
Kompas bertajuk Kita Hari Ini 20 Tahun Lalu ini disusun untuk menggambarkan
serbaperistiwa Reformasi 1998. Ia terdiri atas 5 bab. Bab pertama, Orde Baru, memuat 13 artikel pilihan
yang dimuat di Kompas pada Maret 1994
sampai dengan Maret 1998.
Sebenarnya,
bab ini bertujuan utama memberi gambaran singkat kepada pembaca muda yang tak
mengalami Orde Baru. Meski demikian, sepilihan artikel ini juga penting untuk
pembaca generasi sebelumnya. Setidaknya, membacanya dapat mengingatkan kembali
pada peristiwa lampau.
Dalam
bab pertama ini, pembaca akan menemukan bahwa sepanjang Orde Baru pers mudah
dicurigai. Kebebasan berorganisasi sebagai manifestasi kedaulatan rakyat
dilemahkan. Kritik dianggap subversi. Militer menjelma menjadi kekuatan
represif. (Hlm. 11-25)
Tiga
bab berikutnya untuk mengingatkan betapa krisis menerpa kita bergelompang: dari
krisis moneter-ekonomi ke kemelut politik lalu ke krisis sosial dan moral. Harga-harga
melonjak. Demonstrasi merebak. Ia memakan korban. Kerusuhan hingga perkosaan
berbau sentimen rasial terjadi di beberapa titik. Soeharto memutuskan mundur.
Namun,
rupanya krisis tak serta-merta tuntas setelah sang jenderal besar itu turun
dari jabatannya. Oknum PNS/ABRI terlibat penjarahan masih terjadi. (Hlm. 205) Korupsi
mewabah. (Hlm. 208)
Muncul
6 tuntutan reformasi: (1) penegakan supremasi hukum, (2) pemberantasan korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN), (3) mengadili Soeharto dan kroninya, (4) amandemen
konstitusi, (5) pencabutan dwifungsi TNI/Polri, dan (6) pemberian otonomi
daerah seluas-luasnya. Berkaca pada hal itu, rupanya masih banyak pekerjaan
rumah yang harus kita selesaikan.
Akhirnya,
selain kesabaran, mengkliping sesungguhnya adalah pekerjaan yang membutuhkan kesadaran.
Pengkliping mesti mengakui sesadarnya bahwa ada selaksa peristiwa dalam sehari
yang tak mungkin diingat semua. Alih-alih sampai tahap mampu ia hubungkan
menjadi suatu pengetahuan. Maka, mengkliping juga berarti menolak lupa. Melalui
buku ini, Kompas membuktikan hal
selainnya: mengkliping dapat menjadi bagian dari kerja politis.●fgs
Casino of Oz – Aji Palace, NY - Mapyro
BalasHapusDiscover 이천 출장안마 the location, hours, directions, and contact of Casino of Oz in Aji 구리 출장안마 Palace, NY. 제주 출장샵 See 16 photos and 2 tips from 84 의정부 출장안마 visitors. Rating: 2.6 · 부천 출장마사지 16 reviews · Price range: $$
Roulette fanatics can now enjoy a highly sensible 3D roulette wheel with true-to-life ball behaviours while appreciating the optimised-for-mobile consumer interface and rapid loading. Roulette could be very different from many other casino video games, and it doesn’t use cards like 7 Card Stud or Blackjack. Instead, it’s all performed on a sometimes large Roulette table. Now everybody is aware of} the Roulette wheel, but this is only a tiny part of of} the table itself. The table presents plenty of different betting opportunities. For instance, find a way to|you probably can} 더온카지노 guess on the colour or sure sections of the board.
BalasHapus